Batik Bantul Belum Dilindungi Oleh HAKI

Dari 53 macam motif batik asli Bantul atau Bantulan, belum satu pun yang mendapat sertifikat hak atas kekayaan intelektual. Pemerintah Kabupaten Bantul belum memprioritaskan HaKI karena fokus pada pemasaran produksi batik. Pemerintah berharap inisiatif pengurusan HaKI datang dari perajin.

”Kami memang belum fokus ke HaKI. Fokus kami masih pada mengatasi kendala pemasaran batik. Batik Bantul harus bersaing dengan batik dari luar daerah seperti Pekalongan, Kulon Progo, Solo, dan Sleman. Belum lagi masuknya batik murah produksi China dan Malaysia,” kata Staf Ahli Bupati Bantul Bidang Perekonomian, Yahya, usai membuka temu usaha batik di Rumah Budaya Tembi, Selasa (30/11).
 Menurutnya, belum diurusnya sertifikat HaKI juga bukan karena persoalan dana. Ia berharap, inisiatif muncul dari kalangan perajin supaya ada rasa memiliki dan tumbuh kebersamaan antarsesama perajin.

Meski belum memiliki HaKI, ujar Yahya, Bantul tidak khawatir motifnya dijiplak daerah lain atau perajin lain. Baginya, motif batik adalah seni yang sulit ditiru. Untuk mendokumentasikan motif-motif tersebut, Bantul telah menerbitkan buku berjudul Batik Bantul setebal 107 halaman. Buku bersampul muka Bupati Bantul Sri Suryawidati tersebut menjelaskan motif-motif asli Bantul.

Ari Indah Hayati, salah satu tim penyusun buku, mengatakan, keberadaan buku tersebut menjadi salah satu cara melindungi motif batik Bantulan.

”Kami menyusun buku tersebut melalui studi terlebih dulu. Diharapkan buku Batik Bantul menjadi media promosi yang bagus bagi sentra batik di Bantul,” kata Ari.

Merakyat

Menurutnya, meski tetap berkiblat pada Keraton, batik Bantul memiliki ciri khas tersendiri. Motif batik Bantuk lebih merakyat yakni campuran antara motif pakem dan ekspresi para perajin. Dalam buku Batik Bantul ini telah didokumentasikan 53 motif batik asli Bantul, 14 motif batik campuran, dan 17 motif batik pengembangan.

Sentra batik di Bantul berada di Kecamatan Imogiri, Pandak, Pajangan, Jetis, Pleret, dan Kasihan. Jumlah perajin batik berkisar 3.000 orang. Sekitar 60 persen produknya berupa batik tulis dengan harga jual Rp 150.000-Rp 1 juta per potong.

Dalam temu usaha itu, para perajin batik diingatkan selalu memperbarui desain motif batik. Inovasi desain menjadi senjata utama memenangkan persaingan pasar. Inovasi juga menjadi strategi untuk mengatasi kejenuhan pasar

http://beritayogyaku.multiply.com/reviews/item/1

Tentang Mertosanan Kulon

Kampung Mertosanan Kulon, desa Potorono, kecamatan Banguntapan, kabupaten Bantul, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Pos ini dipublikasikan di artikel umum. Tandai permalink.

Tinggalkan komentar